Senin, 30 Desember 2013

No more UPK-phobia




Bismillaahirrahmaanirrahiim
 
Postingan ini ditulis khusus untuk mengentaskan kegalauan adik-adik yang akan mengikuti Ujian Praktik Kejuruan, memberantas syndrome UPK-phobia sekaligus berbagi pengalaman pribadi saya mengenai UPK hehe *lebay*

Apa reaksi kalian ketika mendengar kata UPK? 
Eits jangan takut dan heran gitu dong hehe soalnya saya mau cuap-cuap tentang UPK nih mudah-mudahan bisa sedikit mengusir kegalauan kalian yaa 
UPK-phobia? Wah dari namanya kok terdengar tidak keren ya? hehe

UPK-phobia adalah sebuah sindrom yang biasanya menjangkiti para siswa/i SMK yang akan menempuh Ujian Praktik Keramat #eh Ujian Praktik Kejuruan di tingkat akhir. Gejalanya ditandai dengan kepala pening, mata berkunang-kunang, nausea, takikardia, konstipasi, palpitasi, insomnia berkepanjangan, gangguan tidur, garuk-garuk kepala sendiri (ya iyalah masa garukin kepala temen bisa ditimpuk ntar hehe), resah, gelisah, kehilangan nafsu makan, berat badan turun drastis, berjalan mondar-mandir, merenung sepanjang hari yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berujung di RSJ hehe <--- mulai ngawur
 
Rasa khawatir, takut, tegang itu hal yang sangat wajar kok. Dulu juga saya mengalaminya hehe. Saya pikir sangat wajar jika manusia memiliki rasa takut akan hal-hal yang belum pernah dialaminya atau dilakukannya. Hal itu karena manusia tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang dan tidak semua hal bisa dianalisis dan diprediksi dengan tepat (kecuali orang mukmin, biasanya firasatnya benar karena ia ‘melihat’ dengan cahaya Allah) <-- beneran loh ada haditsnya

Tugas kita hanya berusaha selebihnya biarlah Sang Maha Menilai yang menentukan hasilnya. Jika proses yang kita tempuh baik Insya Allah Dia juga akan memberikan hasil yang baik juga bukan?
 
Back to the business
Sebelumnya saya akan memaparkan penjelasan singkat mengenai UPK. Mungkin bagi adik-adik SMK udah nggak asing lagi kali ya. Beneran udah tahu? Tapi masih ngerasa asing? Wajar sih soalnya UPK itu ujian yang bener-bener ‘baru’ dan jelas berbeda dari ujian-ujian yang pernah kita tempuh sebelumnya seperti UN misalnya.
Ujian Praktik Kejuruan adalah ujian yang harus ditempuh siswa/i SMK untuk mengukur sejauh mana kompetensi yang dikuasai sesuai jurusan yang diambil. So ujian ini penting banget bagi siswa/i SMK. Dari tahun ke tahun isu-isu yang berkembang di lingkungan sekolah selalu membuat anak-anak yang akan menghadapi UPK tegang dan khawatir.

Entah karena pihak sekolah yang menakut-nakuti agar kita serius belajar (semoga pihak sekolah nggak baca), cerita-cerita dan pemandangan kakak kelas yang ketika keluar dari  ruang ujian selalu banjir air mata, atau suasana ujian yang dramatis atau didramatisir hoho. Saat itu bayangan saya mengenai UPK begitu kabur. Memang pihak sekolah sudah membekali pemahaman mengenai UPK dan situasi yang akan dihadapi. Tapi tetap saja belum memberikan gambaran UPK yang seutuhnya. Justru saat itu yang tergambar di benak saya mengenai UPK adalah ‘ujian pamungkas’ yang pintu keluarnya dijaga oleh penjaga-penjaga super duper killer yang hanya bisa diterobos kalau kita punya tiketnya.
UPK tampaknya sudah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa/i SMK. Pasalnya UPK ini ‘ujian pamungkas’ yang menentukan ‘hidup dan matinya’ anak SMK *lebay*. Tidak hanya itu bagi siswa/i farmasi UPK adalah tiket untuk meraih STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian). 

Apa gunanya STRTTK?
STRTTK ini berguna sebagai kelengkapan persyaratan bekerja sebagai Asisten Apoteker. Perlu diketahui pengawas UPK ini bukan sembarang pengawas karena pengawasnya bukan berasal dari sekolah yang bersangkutan dan tidak hanya dari sekolah lain tapi ada Koordinator pengawas dari Dinkes. Kendati sekarang SMK Farmasi berada di bawah naungan Dinas Pendidikan tapi pengawasnya tetap dari Dinkes. Lho kok? Iya, karena farmasi sangat erat kaitannya dengan nyawa manusia jadi ya pengawasnya harus yang berkompetensi di bidangnya dong (eh ini menurut analisis saya saja ya)
Jadi sangat disarankan untuk serius dan tidak main-main.
Kenapa harus lulus UPK?
Saya yakin kalian pasti sudah tahu jawabannya tapi di sini saya hanya ingin menguatkan kalian bahwa setiap orang bisa dan berhak lulus tanpa terkecuali dan nggak ada alasan untuk gagal. Berikut alasan yang (semoga) bisa menguatkan kalian untuk terus berjuang agar lulus UPK :
  1.  UPK itu bayarnya tidak murah adik-adik
Apa-apa yang ‘berbau’ kesehatan itu tidak murah. Mau jadi dokter aja biayanya ratusan juta, kuliahnya bertahun-tahun, diktatnya tebal-tebal, praktikumnya aja buuuuuuanyak buuuuuuanget. Umumnya profesi yang berkaitan dengan kesehatan itu memakan rupiah yang tidak sedikit dan itu tidak hanya berlaku di kedokteran saja lho !
 2.   Beban Mental 
Banyak orang ketika gagal mengalami depresi, frustasi dsb. Bayangkan jika kalian gagal dalam UPK kalian akan menanggung beban mental yang cukup berat. Malu sama diri sendiri, malu sama teman, malu sama guru dan orang yang paling terluka ketika mendengar kabar kegagalan kalian adalah orang tua kalian. Masa sih kalian tega menyakiti hati orang yang udah berkorban untuk kalian dan merelakan waktu istirahatnya untuk mencari biaya sekolah dan memberikan uang saku kalian? 
Orang tua mungkin kecewa karena rupiah yang telah mereka gelontorkan tidak serta merta mengantarkan kalian pada kesuksesan. Tapi mereka lebih kecewa karena mereka ingin melihat anaknya sukses setidaknya dalam prestasi akademik. Apa sih yang lebih membahagiakan peserta ujian selain kelulusan? Apa hayoooo? Saya yakin hampir 100 % kalian akan memberikan jawaban yang sama. 
Orang tua ingin melihat kalian lulus karena mereka tahu bahwa dengan lulus kalian akan lebih bahagia.  
 3.   Mengulang 
Bangkit dari kegagalan bukanlah hal yang mudah. Masa kita mau mengulang ujian bareng dengan adik kelas kita? Sekali lagi itu bukan hal yang mudah. Harus mengulang dan belajar hal yang sama untuk persiapan ujian tahun depan seringkali membuat kita jenuh bahkan kehilangan motivasi.

UPK sebenernya nggak seserem kelihatannya kok asal kita mau belajar, berusaha dan berdoa Insya Allah kalian akan mendapatkan hasil yang baik juga. Ingat berharaplah hanya kepada-Nya niscaya kita takkan kecewa. Lulus atau gagal itu urusan Allah tetapi usaha kita yang menentukannya. Belajarlah menghadapi ketakutan kalian sendiri. Sesuatu kadang tampak mustahil ketika kita belum melakukan apa-apa tetapi ketika kita bersabar dan berusaha menjalani setiap langkahnya sesuatu yang mustahil itu semakin dekat dengan kita. Untuk tips dan trik agar lulus UPK tunggu di postingan selanjutnya yaaaa ^^


Semoga bermanfaat
Sukses UPK !
UPK HAJAR ! Pengawas BANTAI ! #eh
*bantai dengan prestasi kita maksudnya*

Minggu, 29 Desember 2013

Pembuatan dan Penetapan Kontrol Kualitas Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara pengepakan simplisia (Anonim,1985).

Pada perlakuan pasca panen, tahapan – tahapan pembuatan simplisia, yaitu :
1. Pengumpulan bahan
Yang perlu diperhatikan adalah umur tanaman atau bagian tanamn pada waktu panen, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran –kotoran atau bahan- bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan agar menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Sebaiknya air yang digunakan adalah air yang mengalir dan sumbernya dari air bersih seperti air PAM, air sumur atau mata air.
4. Perajangan
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Pada dasarnya proses ini untuk mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, maka proses ini dapat diabaikan.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehngga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi kering yaitu untuk memisahkan bahan – bahan asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkandan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal di simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.
8. Pemeriksaan mutu
Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia.

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisai suatu simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan factor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:
1.kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.
2.parameter non spesifik
meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, dll.
a. penetapan kadar abu
Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun kontaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat). Jumlah kadar abu maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik yang tersisa.
kadar abu = bobot akhir/bobot awal x 100%
Penyebab kadar abu tinggi:
-cemaran logam
-cemaran tanah
b.penetapan susut pengeringan
susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri).
susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x 100%
Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.
c. kadar air
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
- metode titrimetri
metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara (Anonim, 1995).
- metode azeotropi ( destilasi toluena )
metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Anonim, 1995).
kadar air ( v/b) = volume air yang terukur / bobot awal simplisia x 100%
- metode gravimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap(Anonim, 1995).
d. Kadar minyak atsiri
Tujuan dari penetapan kadar minyak atsiri adalah untuk mengukur berapa banyak kadar minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia. Penetapan dengan destilasi air dapat dilakukan karena minyak atsiri tidak dapat bercampur dengan air, sehingga batas antara minyak dan air dapat terlihat dan diukur berapa banyak kadar minyak atsiri yang ada pada simplisia tersebut.
kadar minyak atsiri = volume minyak atsiri yang terukur/bobot sampel x 100%
e. Uji cemaran mikroba
- uji aflatoksin
untuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus
- uji angka lempeng total
untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^6 CFU/ gram
- uji angka kapang
untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/ gram.
-Most probably number (MPN)
untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri coliform( bakteri yang hidup di saluran pencernaan).
3. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis.

Referensi:
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sejarah Obat

Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hanyaberdasarkan pengalaman dan selanjutnya Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.

Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.

Selanjutnya Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.

 Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia).
Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838- 1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman. Sumber obat Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu tinggi atau pada kondisi tertentu penderita.
Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat diawetkan dengan pengeringan. Contoh tumbuhan yang dikeringkan pada saat itu adalah getah Papaver somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan. Dengan mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu morfin, kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. yang ternyata memiliki efek yang berbeda satu sama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783- 1841) pada th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular. Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut akan melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh Badan pemberi izin. Biaya yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik.

OBAT DAN SEDIAAN FARMASI

Pengertian Obat Secara Umum
Obat ialah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.
Menurut undang – undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah , mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia.
Pengertian Obat Secara Khusus
1
Obat Jadi
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
2
Obat Patent
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
3
Obat Baru
Yakni obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4
Obat Asli
Yakni obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
5
Obat Esensial
Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
6
Obat Generik
Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Penggolongan Obat
Macam-macam penggolongan obat :
1. Menurut kegunaannya obat dapat dibagi :
a). untuk menyembuhkan (terapeutic)
b). untuk mencegah (prophylactic)
c). untuk diagnosa (diagnostic)
 
2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi :
a). Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah obat yang digunakan melalui orang dan diberi tanda etiket putih
b). Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah obat yang cara penggunaannya selain melalui oral dan diberi tanda etiket biru. Contohnya implantasi, injeksi, topikal, membran mukosal, rektal, vaginal, nasal, opthal, aurical, collutio/gargarisma.
 
3. Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi :
a). Lokal, adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat, seperti obat – obat yang digunakan secara topikal pemakaian topikal. Contohnya salep, linimenta dan cream
b). Sistemis, adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya tablet, kapsul, obat minum dan lain – lain.
 
4. Menurut undang-undang kesehatan obat digolongkan dalam :
a). Obat narkotika (obat bius), merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan.
 
b). Obat Psikotropika (obat berbahaya), obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan / kelakuan orang.
 
c). Obat keras adalah semua obat yang :
§ mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam daftar obat keras.
§ diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.
§ obat baru , kecuali dinyatakan Departemen Kesehatan tidak membahayakan
§ semua sediaan parenteral
 
d). Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan (P1 s/d P6)
 
e). Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan tidak membahayakan bagi si pemakai dan diberi tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
 
 
Sumber Obat
Obat yang kita gunakan ini berasal dari berbagai sumber antara lain :
1. Tumbuhan (flora, nabati), seperti digitalis folium, kina, minyak jarak.
2. Hewan (fauna, hayati) seperti minyak ikan, adeps lanae, cera.
3. Mineral (pertambangan) seperti kalium iodida, garam dapur, parafin, vaselin.
4. Sintetis (tiruan/buatan) seperti kamfer sintetis, vitamin C
5. Mikroba seperti antibiotik penicillin dari Penicillium notatum.
 
Dari sumber-sumber ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah dalam pemakaian dan penyimpanan masih harus diolah menjadi sediaan kimia dan sediaan galenis. Contoh :
 
Simplisia
Preparat Kimia
Preparat Galenis
Belladonnae herba
Atropin sulfas
Scopolamini hydrobromidum
Belladonna extractum
Belladonnae tinctura
Opium
Morphini hydrochloridum
Codeini Hydrochloridum
Opii extractum
Opii tinctura

OBAT DAN SEDIAAN FARMASI

Pengertian Obat Secara Umum
Obat ialah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.
Menurut undang – undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah , mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia.
Pengertian Obat Secara Khusus
1
Obat Jadi
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
2
Obat Patent
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
3
Obat Baru
Yakni obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4
Obat Asli
Yakni obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
5
Obat Esensial
Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
6
Obat Generik
Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Penggolongan Obat
Macam-macam penggolongan obat :
1. Menurut kegunaannya obat dapat dibagi :
a). untuk menyembuhkan (terapeutic)
b). untuk mencegah (prophylactic)
c). untuk diagnosa (diagnostic)
 
2. Menurut cara penggunaan obat dapat dibagi :
a). Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam), adalah obat yang digunakan melalui orang dan diberi tanda etiket putih
b). Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar), adalah obat yang cara penggunaannya selain melalui oral dan diberi tanda etiket biru. Contohnya implantasi, injeksi, topikal, membran mukosal, rektal, vaginal, nasal, opthal, aurical, collutio/gargarisma.
 
3. Menurut cara kerjanya obat dapat dibagi :
a). Lokal, adalah obat yang bekerjanya pada jaringan setempat, seperti obat – obat yang digunakan secara topikal pemakaian topikal. Contohnya salep, linimenta dan cream
b). Sistemis, adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya tablet, kapsul, obat minum dan lain – lain.
 
4. Menurut undang-undang kesehatan obat digolongkan dalam :
a). Obat narkotika (obat bius), merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan.
 
b). Obat Psikotropika (obat berbahaya), obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan / kelakuan orang.
 
c). Obat keras adalah semua obat yang :
§ mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam daftar obat keras.
§ diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.
§ obat baru , kecuali dinyatakan Departemen Kesehatan tidak membahayakan
§ semua sediaan parenteral
 
d). Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan (P1 s/d P6)
 
e). Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas, dan tidak membahayakan bagi si pemakai dan diberi tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
 
 
Sumber Obat
Obat yang kita gunakan ini berasal dari berbagai sumber antara lain :
1. Tumbuhan (flora, nabati), seperti digitalis folium, kina, minyak jarak.
2. Hewan (fauna, hayati) seperti minyak ikan, adeps lanae, cera.
3. Mineral (pertambangan) seperti kalium iodida, garam dapur, parafin, vaselin.
4. Sintetis (tiruan/buatan) seperti kamfer sintetis, vitamin C
5. Mikroba seperti antibiotik penicillin dari Penicillium notatum.
 
Dari sumber-sumber ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah dalam pemakaian dan penyimpanan masih harus diolah menjadi sediaan kimia dan sediaan galenis. Contoh :
 
Simplisia
Preparat Kimia
Preparat Galenis
Belladonnae herba
Atropin sulfas
Scopolamini hydrobromidum
Belladonna extractum
Belladonnae tinctura
Opium
Morphini hydrochloridum
Codeini Hydrochloridum
Opii extractum
Opii tinctura

ALAT-ALAT LABORATORIUM KIMIA

 
 
A. Peralatan Dasar
1). Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Fungsi :
  1.  Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi
  2.  Menampung zat kimia
  3.  Memanaskan cairan
  4.  Media pemanasan cairan
 
2). Labu Erlenmeyer : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :
  1.  Untuk menyimpan dan memanaskan larutan
  2.  Menampung filtrat hasil penyaringan
  3.  Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi
 
3). Gelas ukur : berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :
Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu
 
4). Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :
  1. Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.
  2.  Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
  3. Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
 
5). Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.
Fungsi :
Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
 
6). Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Fungsi :
  1. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia
  2. Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
7). Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi :
  1. Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel
  2. Tempat saat menimbang bahan kimia
  3. Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
8). Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi :
Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
 
9). Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
 
10). Mortar dan pestle : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
 
11). Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium.
Fungsi :
 
  1. Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
  2. Dipakai untuk mengaduk larutan
12). Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.
 
13). Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.
 
14). Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.
 
15). Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
 
16). Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan (empty).
 
17). Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.
 
B. Peralatan Pendukung
 
1). Labu ukur : berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2 L.
Fungsi :
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan.
Cara menggunakan :
Mengisikan larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.
 
2). Labu bundar : berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang bundar, ada yang rata. Terbuat dari kaca tahan panas pada suhu 120-300 oC.Ukurannya mulai dari 250 mL sampai 2000 mL.
Fungsi :
Untuk memanaskan larutan dan menyimpan larutan.
 
3). Corong Buchner : berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan berdiameter besar. Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk menyaring sampel agar lebih cepat kering. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternya sama dengan diameter corong.
 
4). Erlenmeyer Buchner : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin mengecil, ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang ke pompa vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm. Ukurannya mulai dari 100 mL hingga 2 L. Dipakai untuk menampung cairan hasil filtrasi.
Cara menggunakannya :
Diawali dengan memasang corong Buchner di leher labu, pasang selang yang tersambung ke pompa vakum pada bagian yang menonjol. 
 
5). Corong pisah : berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak di sebelah atas, bagian bawahnya berkatup. Terbuat dari kaca.
Fungsi :
Untuk memisahkan campuran larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda. Biasanya digunakan dalam proses ekstraksi.
Cara menggunakannya :
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horisontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas, keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah keluar.
 
6). Desikator : berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel.
Fungsi :
  1. Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air
  2. Mengeringkan padatan
Cara menggunakannya :
o Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.
o Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.
Keterangan :
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru.
 
7). Cawan petri : berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.
 
8). Botol semprot : berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi sebagai tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan menekan badan botol sampai airnya keluar.
 
9). Krusibel : berupa mangkok kecil yang dilengkapi tutup dan terbuat dari porselen tahan panas, alumina. Dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia. Pada saat krus masih dalam keadaan panas, jangan langsung dikenai air. Perubahan suhu mendadak menyebabkan krus pecah.
 
10). Kaki tiga krus : terbuat dari porselen dan berfungsi untuk menaruh krusibel saat akan dipanaskan langsung di atas api.
 
11). Statif : terbuat dari besi atau baja yang berfungsi untuk menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan.
 
12). Klem manice : terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif menggunakan klem bosshead.
 
13). Klem bosshead : terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk menghubungkan statif dengan klem manice atau pemegang corong.
 
14). Klem buret : terbuat dari besi atau baja untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi.
 
15). Pemegang corong : terbuat dari besi atau baja untuk memegang corong atau corong pisah yang dipakai pada proses penyaringan atau pemisahan. Bagian belakang disambungkan dengan statif menggunakan klem bosshead.
 
16). Tang krusibel : terbuat dari besi atau baja untuk mengambil dan membawa krusibel.
 
17). Stirrer magnetic : magnet yang digunakan untuk mengaduk larutan.
 
18). Sentrifuge : berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan padatan dari larutan.
 
19). Chromatography chamber : terbuat dari kaca yang digunakan dalam proses kromatografi kertas.
 
20). Spectronic 20 : digunakan untuk mengukur absorbansi larutan berwarna dalam proses spektrofotometri.
C. Teknik Dasar di Laboratorium
 
1. Cara memanaskan cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam gelas kimia.
a. Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
o Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun orang lain
o Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung
o Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok
o Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan
b. Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.
2. Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.
3. Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya :
Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
4. Cara menggunakan neraca analitis
  1. Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
  2. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
  3. Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
  4. Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut
5. Cara menghirup bau zat
Ingat : Jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung!
Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung.

Simplisia - Farmakognosi

Praktikum farmakognosi I adalah praktikum yang mempelajari simplisia yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber bahan obat alam.
Tujuan praktikum farmakognosi I ini adalah untuk mengetahui struktur tanaman secara morfologis dan anatomis, identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau serbuk secara makroskopis maupun mikroskopis dan mengetahui konstituen-konstituen yang terkandung di dalamnya dengan pengenalan secara kimia.
Salah satu pengujian pendahuluan yang dilakukan dalam analisis obat tradisional selain uji organoleptik adalah uji makroskopik, uji mikroskopik dan uji histo kimia. Praktikum farmakognosi I mencakup pengenalan dan pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik dari simplisia yang berbentuk serbuk maupun rajangan. Simplisia yang diberikan meliputi amylum, folium, herba, flos, rhizoma, cortex, lignum, radix, fructus dan semen.
Kurang tersedianya buku penuntun mikroskopik dengan gambar berwarna dan berbahasa indonesia menjadi hambatan besar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari cara mengidentifikasi simplisia secara mikroskopik. Buku ini dibuat untuk mempermudah mahasiswa mengenali simplisia dengan 46 contoh simplisia yang diberikan.
Berikut daftar 46 contoh simplisia :
I. AMYLUM
1. Amylum Orizae/ Pati Beras
2. Amylum Manihot/ Pati Singkong
3. Amylum Solani/ Pati Kentang
4. Amylum Tritici/ Pati Terigu/ Gandum
5. Amylum Maydis/ Pati Jagung
II. FOLIUM
1. Abri Folium/ Daun Saga
2. Blumeae Folium/ Daun Sembung
3. Orthosiphonis Folium/ Daun Kumis Kucing
4. Piperis Betle Folium/ Daun Sirih
5. Psidii Folium/ Daun Jambu Biji
6. Strobilanthi Folium/ Daun Keji Beling
7. Nerii Folium/ Daun Oleander
8. Coca Folium/ Daun Koka
9. Digitalis Folium/ Daun Digitalis
10. Theae Folium/ Daun Teh
11. Cajuputi Folium/ Daun Kayu Putih
III. HERBA
1. Thymi Herba/ Herba Timi
2. Cannabis Herba/ Ganja
IV. FLOS
1. Caryophylli Flos/ Cengkeh/ Clove
2. Rosae Folium/ Bunga Mawar
3. Pyrethri Flos/ Bunga Krisan
V. FRUCTUS
1. Anisi Stellaty Fructus/ Adas Bintang
2. Capsici Fructus/ Buah Cabe
3. Coriandri Fructus/ Ketumbar
4. Foeniculi Fructus/ Buah Adas/ Fennel Fruit
5. Cubebae Fructus/ Kemukus/ Lada Ekor
6. Piperis Nigri Fructus/ Lada Hitam/ Balck Paper
VI. RADIX
1. Rauwolfiae Radix/ Akar Pulepandak/ Indian Rauwolfia
2. Rhei Radix/ Akar Kelembak/ Rhubab
3. Valeriane Radix/ Akar Valerian
4. Liquiritae Radix/ Akar Manis/ Liquorice
VII. RHIZOMA
1. Curcuma Domestica Rhizoma/ Rimpang Kunyit/ Turmeric
2. Zingiberis Rhizoma/ Rimpang Jahe/ Ginger
3. Curcuma Rhizoma/ Temulawak
4. Galangae Rhizoma/ Lengkuas/ Laos
5. Calami Rhizoma/ Dringo
VIII. CORTEX
1. Cinchonae Cortex/ Kulit Batang Kina
2. Cinnamomi Cortex/ Kulit Kayu Manis
3. Granati Fructus Cortex/ Kulit Buah Delima/ Pomegranate Bark
IX. LIGNUM
1. Sappan Lignum/ Kayu Secang
2. Santali Lignum/ Kayu Cendana
X. SEMEN
1. Arecae Semen/ Biji Pinang
2. Coffeae Semen/ Biji Kopi
3. Myristicae Semen/ Biji Pala/ Nutmeg
4. Foenigraeci Semen/ Biji Klabet/ Foenugreek
5. Colae Semen/ Biji Kola

Simplisia Nabati

Kenalan yuk sama simplisia- simplisia bermanfaat!
Tahukah anda, apa itu simplisia?
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali ndinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.


CATHARANTHI RADIX




Nama lain : Akar Tapak dara
Nama tanman asal : Catharanthus roseus(L), Vinca rosea(L), Lochnera roseac
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama/isi : alkaloida, ajmalisin, serpentine, tetrahidroalstonin, vindesin,
Vinkristin, Vinblastin
Penggunaan : peluruh kemih(ememagoga), obat diabetes, obat kanker


CURCUMAAE RHIZOMA



Nama lain : Temu lawak, koneng gede
Nama tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza(Roxb)
Keluarga : zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung felandren dan tumerol, zat warna kurkumin,
Pati.Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,2 % b/v
Penggunaan : Kolagoga(obat kuat), antispasmodika(pereda kejang),menambah nafsu makan


PANACIS RADIX



Nama lain : Gingseng
Nama tanaman asal : Panax schinseng
Keluarga : Araliaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Glukosida panakuilon, minyak atsiri, dammar, panaks, sapoginol
Penggunaan : Amara (penambah nafsu makan) dan stimulansia


CINNAMOMI CORTEX



Nama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon cinnamon
Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum
Keluarga : lauraceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol, sinamilaldehida, zat penyamak, pati lendir
Penggunaan : karminativa(peluruh angin), menghangatkan lambung, dicampur dengan adstringensia lainnya untuk obat mencret.

Tata Nama Simplisia

Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau spesies nama tananman, diikuti nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisisa nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati.
Contoh :

1. genus + nama bagian tanaman : Cinchonae Cortex, Digitalis Folium, Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma.

2. Petunjuk spesies + nama bagian tanaman : Belladonnae Herba, Serpylli Herba.

3. Genus+petunjuk spesies+nama bagian tanaman : Capsici frutescentis Fructus.

Keterangan : Nama spesies terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh :
Nama spesies     : Cinchona succirubra
Nama genus       : Cinchona
Petunjuk species : succirubra
Farmakognosi untuk SMK Farmasi Vol 2

Farmakognosi untuk SMK Farmasi Vol 2

Pengarang: Drs Fery Norhendy Apt dkk
Daftar Isi:
1.Semen
2.Amylum
3.Oleum
4.Simplicia dari Phycophyta Myophyta dan Mycophyta
5.Getah damar dan malam
6.Pengolahan bahan nabati
7.Simplisia dari Hewan
8.Simplisia dari minyak mineral
9.Pembuatan dan pengujian obat bahan alam indonesia
. Harga : RP 49.000
Farmakognosi untuk SMK Farmasi Vol 1

Farmakognosi untuk SMK Farmasi Vol 1

Judul:
Pengarang: Drs.Fery Norhendy Apt dkk
Daftar Isi:
1.Pendahuluan
2.Rhizoma
3.Radix
4.Cortex
5.Bulbus,Cormus,Tuber,Lignum,dan Caulis
6.Herba
7.Folium
8.Flos
9.Fructus
. Harga : RP 49.000

Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
1. Tenaga Kesehatan dan Standar Profesi
Jenis tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 :
a. Tenaga medis (dokter,dokter gigi)
b. Tenaga keperawatan (perawat, bidan, perawat gigi)
c. Tenaga kefarmasian (apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker)
d. Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi kesehatan, etomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian)
e. Tenaga gizi (nutrisionis,dietisien)
f. Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara)
g. Tenaga keteknisan medis (radiografer, radio terapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optifsien, otorik prostetik, teknisi tranfusi, perekam medis).
2. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus (RS paru, RS mata, RS kusta, RS jiwa), praktik dokter,praktik dokter gigi, praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium sekolah dan akademi kesehatan,balai pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.
Pedagang besar farmasi adalah sarana pelayanan kesehatan penunjang yang berfungsi menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sarana pelayanan kesehatan yang membutuhkannya.
Pemberian izin penyelenggaraan sarana kesehatan harus memperhatikan :
a. Kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
b. jumlah dan jenis perbekalan kesehatan
c. mutu pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
3. Perbekalan Kesehatan
Perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya (adalah peralatan yang tidak secara langsung digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti ambulan,tempat tidur).
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar dapat terpenuhinya kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang terjangkau oleh masyarakat. Perbekalan kesehatan merupakan unsusr penting dalam upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan alat kesehatan. Oleh karena itu, jumlahnya harus memadai, mudah didapat, mutunya baik, harganya terjangkau.
4. Peran serta Masyarakat
Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai dari inventarisasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian, sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran, tenaga atau sumber daya lainnya seperti kelembagaan,sarana serta dana.

Kamus Farmakologi

A

Abses : Pengumpulan nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan.
Anoreksia : Hilangnya atau berkurangnya nafsu makan.
Ansietas : Cemas,resah,rasa cemas yang berlebihan tidak sesuai dengan realitas.
Agranulositosis : Jumlah leukosit kurang dari 500 mm3 dengan gejala luka infeksi pada tekak, traktus intestinal dan kulit.
Artritis : Radang sendi terutama pada rheumatik
Arthritis rheumatoid : Radang sendi menyerupai rheumatik
Amenoroe : Tidak ada menstruasi
Anuria : Tidak terjadi eksin urin
Agranulositosis : Defisiensi parah atau tidak ada granulosit
Akromegali : Pembesaran disebabkan sekresi berlebihan somatotropin
Alkalosis : Peningkatan PH darah di atas 7,43
Atonia : Relaksasi otot
Ataksia : Gangguan koordinasi gerakan
Asites : Penimbunan cairan dalam rongga perut
Asidosis : Penurunan pH darah dibawah 7,37
B
Biopsi : Pengambilan jaringan dari mahluk hidup untuk pemeriksaan mikroskopik
Bronkitis : Radang bronkus/saluran napas
D
Depresi : Gangguan jiwa yang ditandai rasa yang abnormal
Dermatitis : Radang kulit
Delirium : Berubahnya kesadaran secara patologis diikiuti amnesia,disorientasi,bingung,delusi. Halusinasi, ide gila diikuti gejala fisik ikutan seperti tremor,demam dan berkeringat.
Diskenesi : Hilangnya fungsi moto
Dermatosis : Penyakit kulit
Difteri : Penyakit oleh toksin corine bacterium diphteriae dengan gejala merah seluruh faring dan timbunan fibrin.
Dismenore : Menstruasi yang disertai dengan rasa sakit
Dispepsia : Gangguan pencernaan
Dispnea : Semua gangguan pernafasan
E
Emfisema : Penimbunan udara dalam jaringan
Endometriosis : Adanya jaringan endometrium pada lokasi abnormal
Ensefalitis : Radang otak
Erythema : Warna merah pada kulit yang disebabkan vasodilatasi dan otot, nefritis, perikarditis, dan berbagai perubahan kulit biasanya mematikan.
F
Fagositosis : Pengambilan benda asing dalam sel
Flatulensi : Terbentuknya banyak gas dalam usus
Fotofobia : Takut cahaya
G
Glaukoma : Penyakit yang ditandai dengan tingginya tekanan intra okuler mata
H
Hiperurisemia : Keadaan dimana kadar asam urat darah meningkat diatas 6mg %
Hematuria : Ekskresi sel darah merah melalui urin
Hemodialisa : Ginjal buatan, cara untuk mengeliminasi zat-zat penting dalam urine
Hemoragik : Mengakibatkan pendarahan/terjadi pendarahan
Herpes simplex : Pembentukan gelembung berkelompok berisi air akibat virus herpes biasanya terjadi pada bibir atau bagian tubuh lain
Herpes Zooster : Pembentukan gelembung berkelompok berisi air akibat virus zooster pada daerah kulit bagian perut, punggung diikuti dengan neuralgia
Hiperglikemia : Naiknya kandungan glukosa dalam serum ( lebih dari 120mg/100ml)
Hipoglikemia : Berkurangnya kandungan glukosa dalam serum (70mg/100ml)
I
Idioptik : Terjadi dengan sendirinya tanpa penyebab yang jelas
Ikterus : Sakit kuning, kulit berwarna kuning akibat masuknya empedu terutama bilirubin ke dalam darah
Ileus : penyumbatan usus
K
Karditis : Radang jantung
Karsinoma : Tumor epitel ganas
Keloid : Pembentukan bekas luka menonjol yang berlebihan
Keratitis : Radang kornea mata
Kiste : Rongga beruang satu yang penuh berisi cairan
Klonik : Kejang
Kolik : Kejang pada daerah yang berbentuk rongga seperti usus, saluran empedu, kerongkongan dan lain-lain.
Kolitis : Radang usus besar
L
Laktasi : produksi susu pada kelenjar payudara wanita setelah melahirkan
Lesi : Luka atau gangguan
Letal : mematikan
Lupus : Anjung hutan (latin), kelainan kulit atau selaput lendir yang menyerupai bekas cakaran anjing
Lupus erimatosus : Penyakit autoimun diawali dengan demam tinggi, nyeri pada sendi
M
Malignan : Ganas
Meningitis : Radang selaput otak
Menopause : Berhentinya menstruasi
Midriasis : Dilatasi pupil
Miosis : Penciutan pupil
Miopati : Penyakit otot
Myastenia gravis : Meningkatnya kelelahan otot serat lintang akibat gangguan penghantaran rangsang neuromuskolor terjadi terutama pada otot bicara mengunyah dan menelan
N
Nefritis : Radang ginjal
Nefrotoksis : Merusak ginjal
Nekrosis : Kematian jaringan setempat
Neuritis : Radang syaraf
O
Oligouria : Berkurangnya ekskresi urin per hari menjadi 100-400/ml
Osteomielitis : Radang sum-sum tulang
Osteoporosis : Kurangnya jaringan tulang
Otitis media : Radang telinga tengah
P
Paralisis : Kelumpuhan total motorik
Pneumococcus : Diplococcus pneumoniae, bakteri berbentuk lonjong, berambut, gram positif, penyebab bronkitis, otitis media, meningitis,keratitis, konjungtivitis
Porfiria : Gangguan metabolisme pigmen pernafasan
Pruritus : Gatal
Pneumonia : Radang paru
Poliuria : Meningkatnya jumlah urin karena penyakit
Post partum : Setelah kelahiran
Proliferasi : Bertumbuh membelah dengan cepat
Proteinuria : Adanya protein dalam urin
Psikosis : Penyakit pikiran kejiwaan
Psoriasis : Jaringan kulit yang bersisik
R
Rhinitis : Radang hidung atau pilek
Ruam : Kelainan kulit yang mempunyai sifat tertentu
S
Sianosis : Pewarnaan kulit menjadi merah biru akibat kurangnya penjenuhan darah dengan oksigen, mudah terlihat pada bibir dan kuku jari
Sinus : Rongga/ruang atau saluran tempat nanah keluar
Sinusitis : Radang rongga paranasal
Sindrom : Kumpulan gejala
Sindrom gray : Kumpulan gejala yang terdiri dari muntah, sianosis yang pucat, perut bengkak,kolaps peredaran darah perifer yang berakhir dengan kematian terutama pada bayi prematur dan baru lahir.
Sindrom steven-johnson : Kumpulan gejala berupa keluhan pada angina dan menyerupai rematik.
Sindrom Chusing : Gejala yang timbul akibat kelebihan glukokortiroid dosis tinggi dalam waktu lama yang ditandai dengan muka bulan,gemuk, hipertoni, lemak otot, pertumbuhan terhambat.
Sirosis hepatic : Perubahan lanjut parenkim hati menjadi jaringan ikat
Skizofrenia : Istilah untuk sekelompok psikosis dengan berbagai gangguan kepribadian, cara berpikir, perasaan dan hubungannya dengan lingkungan.
Sputum : Dahak
Struma : Gondok, pembesaran kelenjar tiroid
T
Takikardia : Kontraksi jantung di atas 100/menit
Tonsil : Kelumpuhan jaringan limpa terutama di belakang mulut, amandel
Tonsilitis : Radang tonsil
Tonus : Tegangan
Trauma : Cedera fisik atau psikis berlebihan Na, misalnya pada gagal jantung
Tremor : Gemetar
Trombositopenia : Berkurangnya jumlah trombosit
Trombositosis : Bertambahnya jumlah trombosit dalam darah
Trombosis : Pembentukan trombus/bekuan darah
Trombolitik : Melarutkan bekuan darah
U
Udema : Penimbunan cairan tubuh akibat gangguan metabolisme elektrolit dan retensi
Urtika : Udema setempat berisi serum dan menonjol di atas permukaan kulit
Urtikaria : Biduran, keadaan disertai urtika yang gatal dan merah